JAKARTA, ASPIRATIF.com – Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) turut menanggapi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang terus melemah. Menurut AISI, jika situasi tersebut terus berlanjut, maka semua sektor industri, termasuk roda dua, akan terkena dampaknya.
Hingga berita ini dimuat, US$ 1 punya nilai tukar Rp 15.927. Kondisi tersebut menjadi yang terburuk selama setahun terakhir. Meski demikian, menurut AISI, dampaknya terhadap industri kendaraan tak akan instan.
“Kalau di industri, pelemahan rupiah itu kalau yang kita lihat tidak langsung memberikan dampak. Jadi dampaknya (baru terasa) tiga bulan ke depan,” ujar Sigit Kumala saat ditemui di ICE BSD, Tangerang Selatan pekan lalu.
Menurut Sigit, jika trennya terus memburuk di masa depan, maka harus ada diskusi lebih lanjut soal biaya produksi kendaraan. Bukan tak mungkin ada penyesuaian harga jual.
“Tapi kan selama tiga bulan itu pasti ada naik-turunnya. Kalau trennya naik terus, ya pasti kita perlu bicara lagi soal ongkos produksinya,” ungkapnya.
Diketahui, selama Januari hingga September, sudah ada 4,7 juta unit motor yang terjual di Indonesia. AISI menargetkan penjualan motor tahun ini tembus 6 juta. Sehingga butuh 1,3 jutaan unit lagi untuk bisa mencapainya.
“Sekarang kan sisa tiga bulan. Anggaplah rata-rata ada 450 ribuan motor yang terjual setiap bulan. Berarti kan 1,4 juta. Kalau ditotal, sampai akhir tahun ada 6,1 juta unit. Lebih dari target,” terangnya.
Meski penjualan motor di Indonesia sempat melandai, namun Sigit yakin, hasilnya akan sesuai target. Sebab, bagaimana pun juga, kendaraan roda dua merupakan moda transportasi favorit masyarakat di Tanah Air.
“Kami masih tetap yakin dengan target itu, karena kami melihat kebutuhan akan alat transportasi masih cukup besar. Yang perlu kami waspadai kenaikan suku bunga ini jangan berlanjut,” kata dia.
Source: Detikcom
Dok: tempo