Connect with us

Edukasi

Indonesia Darurat Literasi, Kemendikbudristek Sebar 15 Juta Eksemplar Buku

Published

on

JAKARTA, ASPIRATIF.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebar 15 juta eksemplar buku bacaan anak bermutu. Upaya menanggulangi darurat literasi siswa di Indonesia.

Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan, sebelumnya pada 2022, Kemendikbudristek melalui kerja sama Badan Bahasa, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), dan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) meluncurkan Program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.

Pada program tersebut, kolaborasi ini mendistribusikan lebih dari 15 juta eksemplar buku untuk 5.953ribu PAUD dan 14.595 SD yang paling membutuhkan, yakni dengan nilai kompetensi literasi atau numerasi merah di hampir semua provinsi di Indonesia.

Nadiem mengatakan, buku-buku bacaan ini dilengkapi dengan ilustrasi menarik dan telah disesuaikan dengan jenjang kemampuan baca anak. Buku ini juga bisa diakses gratis oleh publik lewat platform digital mitra Kemendikbudristek seperti Literacy Cloud, Let’s Read, Buku Nonteks Pusbuk, dan Buku Digital Pusbin.

Advertisement

Rapor Literasi Indonesia

Ia menjelaskan, kebijakan Buku
Bermutu salah satunya bertolak dari hasil Asesmen Nasional (AN) 2021 dan Programme for International Student Assesment (PISA) dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Ia merinci, berdasarkan data AN 2021, Indonesia mengalami darurat literasi dengan 1 dari 2 siswa belum mencapai kompetensi minumum literasi.

Data AN 2021 senada dengan data PISA di Indonesia selama 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan di bawah rata-rata peserta didik di negara OECD.

“Ini permasalahan fundamental yang harus diubah. Kesenjangan ini sangat tinggi antardaerah. Antarprovinsi dan antarkabupaten pun sangat besar. Dan literasi rendah itu menyebar di seluruh Indonesia,” kata Nadiem.

Advertisement

Agar tepat dan menyenangkan bagi anak, kata Nadiem, dilakukan pemilihan dan perjenjangan buku, pencetakan dan distribusi, serta pelatihan dan pendampingan.

See also  Menkumham: Seluruh Siswa Menengah Atas Harus Memiliki Jiwa Integritas Dalam Organisasi

“Pada pemilihan dan perjenjangan, kita memilih buku-buku yang seru untuk anak, punya kadar keasyikan, kesenangan bagi anak dengan visual luar biasa. Kita mencari di dalam negeri dan luar negeri buku-buku yang menyenangkan untuk anak,” kata Nadiem.

“716 Judul buku dari pelatihan penulis dan ilustrator lokal, terjemahan bahasa daerah ke bahasa Indonesia. Jadi cerita-cerita daerah di-Indonesiakan, dan juga cerita-cerita dari luar negeri yang kita terjemahkan ke bahasa Indonesia. Sehingga kombinasi, agar lebih menarik buat anak-anak kita,” imbuhnya.

Nadiem menuturkan, buku-buku yang didistribusikan tidak menakut-nakuti anak untuk memaksakan moral, nyambung dengan anak-anak, dan penulisannya tidak membosankan.

Ia menjelaskan, buku yang baik dapat menjadi cermin refleksi atas pengalaman hidup sendiri melalui cerita dalam buku, baik terkait hubungan dengan diri, teman, dan orang tua.

Advertisement

Sementara itu, pilihan buku yang tidak tepat menurutnya menjadikan upaya penumbuhan minat membaca jadi sangat tidak efektif.

Ia mencontohkan, buku yang tidak tepat dalam hal ini tidak diketahui isinya oleh para guru, tidak dibaca atau dibacakan untuk siswa, serta bertopik yang tidak nyambung untuk siswa.

“Kebanyakan, orang dewasa, begitu pun pemerintah, Kementerian kami pun salah dalam hal ini, karena selalu memberikan buku-buku yang menurut kita penting untuk anak-anak. Kita ingin menaruh moralitas kita secara paksa pada anak, atau ingin anak belajar skill yang penting untuk masa depan dia, tetapi tidak memikirkan yang terpenting: ini asik nggak sih buat anak? Menyenangkan nggak buat anak? Itu error kita selama ini,” tuturnya.

“(Kini) Kita tes buku-buku ini dengan anak-anak sebelumnya dan kita pastikan tersedia buku bacaan bermutu di dalam perpustakaan atau pojok baca sekolah. Ini adalah perubahan besarnya. Semua buku dengan cover menarik, tidak dilipat-lipat, dipajang agar mereka tertarik,” jelasnya.

See also  Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan Generasi Emas

Lalu, dilakukan perjenjangan agar guru tahu buku tertentu sesuai tahap kemampuan membaca anak.

Advertisement

Pelatihan dan Pendampingan
Ia menjelaskan, kunci keberhasilan penggunaan buku bacaan untuk peningkatan literasi yaitu kemampuan kepala sekolah, guru, dan pustakawan dalam mengelola buku bacaan, serta memanfaatkannya untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi siswa.

Berdasarkan data Inovasi Literacy Thematic Study (2020) pada 4.784 siswa kelas 1-3 SD, pelatihan disertai buku bacaan menaikkan nilai literasi siswa sebanyak 8 persen pada kemampuan membaca dan 9 persen pada kemampuan mendengar.

“Tetapi, kalau kita gabung dengan buku-buku yang menarik untuk anak-anak, dampaknya menjadi 18 persen peningkatannya. Luar biasa masif. Jadi tidak bisa satu doang, pelatihan doang tetapi enggak dengan buku-buku bermutu. Dan juga enggak bisa buku bermutu doang tanpa ada pelatihannya. Jadi ini dua hal yang tidak bisa dipisahkan,” tuturnya.

Nadiem mengatakan, Merdeka Belajar Episode ke-23 melengkapi berbagai terobosan Merdeka Belajar sebelumnya yang juga berfokus pada peningkatan kompetensi literasi siswa, seperti menghapuskan Ujian Nasional (UN), mengadakan AN yang berfokus pada literasi, Organisasi Penggerak untuk penguatan literasi, dan Merdeka Mengajar untuk penggunaan buku bacaan dalam pembelajaran.

Pada kebijakan Merdeka Belajar terbaru, sambungnya, ia mengajak untuk menghadirkan buku yang baik dan menyenangkan bagi anak untuk peningkatan literasi siswa Indonesia.

Advertisement

Source : antaranews
Dok : inews

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *