Rupiah kian perkasa terhadap dolar AS, Kamis (12/11). Berdasarkan data Bloomberg per pukul 12:43 WIB, rupiah menguat hingga 180,5 poin (1,17 persen) ke level 15.301 per dolar AS.
Penguatan tersebut terjadi pertama kali sejak Oktober 2022. Di mana, saat itu rupiah terus melemah hingga di kisaran Rp 15.500-an.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut penguatan rupiah hari ini tidak terlepas dari pelemahan dolar. Pelemahan ini terjadi di tengah pedagang yang menunggu data harga konsumen AS minggu ini untuk memastikan apakah inflasi akan melandai.
“Level sudah Rp 15.300-an per dolar AS,” kata Ibrahim, Kamis (12/1).
Sementara itu, laju inflasi tahunan meningkat menjadi 7,3 persen pada November lalu. Hal ini menyisakan ruang untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Adapun greenback juga telah kehilangan sekitar 11 persen terhadap masa uang umum sejak mencapai puncak 20 tahun pada bulan September. Sebab, investor telah mulai mengantisipasi pelonggaran inflasi.
“Dengan itu, dolar yang jatuh karena kebutuhan untuk kenaikan suku bunga berkurang,” ujarnya.
Sementara sentimen dari dalam negeri, penguatan rupiah didorong oleh respons positif pasar terhadap pengesahan UU Penguatan dan Pengembangan Sektor Keuangan (PPSK) pada 15 Desember 2023.
Sebab, UU PPSK dianggap menjawab tantangan perekonomian termasuk pengaruh global akibat guncangan geopolitik dan gangguan sisi suplai yang berujung pada inflasi tinggi di negara-negara maju.
“Adanya perubahan yang terjadi dalam UU PPSK ini menjadikan kredibilitas Bank Indonesia, OJK, dan LPS semakin kuat. Namun, tetap meningkatkan koordinasi untuk menjaga perekonomian serta stabilitas sistem keuangan bersama-sama,” pungkas Ibrahim.