JAKARTA, ASPIRATIF.com – Kondisi Jakarta dan sekitarnya yang berkabut karena polusi udara menjadi perbincangan hangat dalam keseharian masyarakat. Di media sosial dan berita bertebaran informasi buruknya kualitas udara tersebut.
Nah, meski aktivitas masyarakat berkurang saat malam hari, ternyata tak membuat tingkat polusi menurun, justru meningkat. Apa alasannya?
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dr A Fachri Radjab, S Si , M Si, mengatakan hal tersebut terjadi karena lapisan inversi.
Lapisan inversi terjadi saat lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin.
Pada kondisi normal, suhu atmosfer turun bersama ketinggian. Akibatnya lapisan atmosfer yang dingin berada di atas lapisan atmosfer yang hangat.
“Kalau kita perhatikan, data terakhir yang kami punya dari pos pengamatan PM2.5 sepanjang Agustus ini konsentrasi PM2.5 meningkat dan nilai maksimum teramati tanggal 8 Agustus dengan konsentrasi PM2.5 sebesar 164,6. Perbandingan di periode yang sama tahun lalu nilai rata-rata konsentrasi PM2.5 adalah 44,3 μg/m3 (Sedang),” ucapnya, Senin (28/8/2023).
PM2.5 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer). Partikel ini termasuk dalam partikel polusi yang ditemukan pada polusi Jabodetabek.
“Kalau kita lihat siklus hariannya, cenderung tinggi pada malam hari hingga menjelang pagi. di pagi seiring meningkatnya aktivitas masyarakat partikel yang menyebabkan terjadinya polusi, kenapa cenderung tinggi di malam hari karena ada lapisan inversi,” sambung lagi.
PM2.5 Lebih Tinggi Saat Malam Hari
Mengacu pada catatan BMKG, dalam siklus harian, konsentrasi PM2.5 cenderung lebih tinggi lepas malam hari hingga menjelang pagi hari. Hal ini disebabkan udara malam hari yang lebih rapat karena massa udara yang turun dan membawa serta polutannya.
Selepas pagi hari, tingginya aktivitas menyebabkan konsentrasi PM2.5 tetap tinggi hingga perlahan turun menjelang sore hari. Pada sore hari, kondisi atmosfer sudah hangat, polutan akan terangkat ke atas.
“Pada lapisan ini, weekend Sabtu-Minggu dan hari libur lebih banyak kategori sedang. artinya ketika aktivitas masyarakat berkurang, kualitas udara membaik. Untuk DKI dan Jabodetabek itu masih kuning atau tidak sehat,” jelasnya.
Bahaya PM2.5
PM2.5 yang ditemukan dalam polusi saat ini merupakan partikel yang bisa mengendap di organ penasaran. Menurut Greenpeace, paparan PM2.5 dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut, terutama bagi anak-anak.
PM 2.5 juga dapat meningkatkan kadar racun dalam pembuluh darah. Apabila seseorang terpapar PM2.5 dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung, hingga munculnya kanker paru-paru.
Source: detikNews
Foto: Okezone