Connect with us

Opini

Tanggung Jawab Milik Bersama Orangtua Maupun Sekolah

Published

on

PERISTIWA kekerasan dilakukan anak usia sekolah terhadap temannya banyak dikabarkan media. Dalam melakukan tindakan kekerasan, meskipun di luar lingkungan sekolah, anak masih mengenakan seragam sekolah. Yang menarik perhatian ialah baik ketika ada penyesalan maupun permohonan maaf, yang meminta maaf hanyalah pelaku dan orangtuanya.

Sekolah, walaupun siswanya telah melakukan tindak kekerasan, tidak ikut menyampaikan penyesalan dan permintaan maafnya. Seolah ketika peristiwa kekerasan itu terjadi di luar lingkungan sekolah, hal tersebut di luar tanggung jawab sekolah. Situasi itu memunculkan kembali pertanyaan yang sebenarnya sudah bisa dijawab sejak lama terkait dengan relasi sekolah dengan orangtua dalam pendidikan anak. Namun, sayangnya belum juga diurus secara serius, yaitu bagaimana sebenarnya pembagian tanggung jawab pendidikan anak antara sekolah dan orangtua?

Pemerintah Republik Indonesia sebenarnya telah mengeluarkan peraturan yang mendukung untuk terjadinya kerja sama para pihak demi kualitas pendidikan yang baik untuk anak, salah satunya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan itu memastikan keterlibatan keluarga, terutama orangtua, dalam pendidikan anak, tetapi pada kenyataannya masih banyak ditemukan praktik yang tidak sesuai.

Masih banyak orangtua yang memasrahkan sepenuhnya pendidikan kepada sekolah dan enggan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan anak. Demikian pula sebaliknya, masih ada sekolah-sekolah yang, entah karena alasan apa, tidak atau belum menyadari pentingnya kolaborasi sekolah dan orangtua sehingga belum melakukan tindakan-tindakan proaktif untuk melibatkan orangtua dalam kegiatan pendidikan anak.

Peran orangtua

Orangtua (dalam artikel ini juga melingkupi wali siswa) ialah penanggung jawab utama pendidikan anak. Hal itu tidak perlu diperdebatkan lagi. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ialah mutlak. Akan tetapi, kondisi orangtua yang beragam memengaruhi tingkat keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Sebagai contoh, Lareau (1989) melakukan penelitian mengenai peran orangtua dan kelas sosial dengan kasus pendidikan dasar dalam konteks Amerika Serikat.

Advertisement

Dalam penelitiannya tersebut, dia menemukan kelas sosial orangtua memiliki kontribusi dalam menentukan peran orangtua dalam pendidikan anak. Orangtua yang berasal dari kelas pekerja cenderung menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah, sedangkan orangtua dari kelas menengah yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi merasa perlu untuk terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah anak mereka.

See also  Wondama Tempat Pertama Pendidikan Modern Orang Papua

Peran Sekolah

Beragam faktor yang dimiliki orangtua tidak seharusnya kemudian digunakan sebagai alasan untuk kurang atau tidak berperan dalam pendidikan anak dan menyerahkan sepenuhnya ke sekolah. Di sisi sebaliknya, sekolah perlu menjadi pihak yang sensitif dalam melihat situasi itu dan kemudian harus berperan aktif mendorong orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anak.

Dari awal, sekolah harus menyadari bahwa mereka tidak bisa bergerak sendiri dalam memberikan pendidikan berkualitas untuk anak. Sekolah bersama dengan orangtua dan masyarakat ialah satu kesatuan yang wajib bekerja sama memberikan lingkungan belajar yang kondusif untuk anak. Kesadaran dasar itu yang akan menjadi landasan sekolah merumuskan strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.

Pengalaman Sekolah Sukma Bangsa menunjukkan hal pertama yang dilakukan sekolah dalam penerimaan siswa baru ialah memastikan komitmen orangtua dalam pendidikan anak. Orangtua diminta menandatangani pakta integritas orangtua yang meminta komitmen mereka untuk terlibat aktif dalam pendidikan anak. Selanjutnya, sebelum memulai tahun pelajaran baru, sekolah memastikan adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan orangtua di dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah. Kegiatan tersebut beragam, seperti pelaksanaan seminar parenting dan acara family gathering yang bertujuan mempererat relasi orangtua dan sekolah dan juga antar orangtua.

Pertemuan antara orangtua dan sekolah tidak hanya dilakukan terbatas di awal tahun ajaran dan di akhir semester ketika orangtua menerima laporan hasil belajar. Pertemuan dilakukan secara rutin untuk berdiskusi dengan mengangkat topik-topik yang berbeda, yang bertujuan untuk selalu mengingatkan pentingnya kolaborasi antara orangtua dan sekolah untuk pendidikan anak.

Advertisement

 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *