Lempeng tektonik aktif umumnya berada di kedalaman perairan samudera. Contoh, Tsunami Mentawai, 25 Oktober 2010 yang terjadi di jalur tumbukan lempeng tektonik Eurasia dengan Indo Australia, perairan Samudera Hindia, barat Sumatera Barat. Tsunami Mentawai dipicu oleh gempa berkekuatan 7,8 Mw pada koordinat 3,29 LS dan 100,7 BT dengan episentrum 20,6 km. Arrival time Tsunami Mentawai tergolong sangat cepat yaitu 7 menit. Nelayan dan masyarakat pesisir terutama pulau-pulau kecil mengalami kerugian yang cukup besar.
Bencana alam memang sulit untuk dihindari namun hanya dapat diminimalkan risikonya. Oleh karena itu, Pemerintah mencoba meminimalkan risiko dengan cara menyiapkan sarana siaga tsunami seperti pemasangan alat peringatan awal tsunami seperti buoy, tide gauge, seismometer, radar, sensor dan lain-lain. Selain itu juga prasarana seperti papan peringatan dan peta rawan tsunami, material edukasi, latihan atau simulasi, shelter dan jalur evakuasi disediakan di lokasi-lokasi rawan tsunami.
Kurangnya kewaspadaan, pengetahuan dan kesiapan masyarakat akan bahaya tsunami menyebabkan besarnya kerugian akibat tsunami. Untuk membantu kesiapan masyarakat menghadapi tsunami, UNESCO-IOC menetapkan 12 indikator kesiapan tsunami, yaitu tools atau hal-hal yang wajib dilakukan masyarakat di area rawan tsunami
Adapun 12 indikator kesiapan tsunami UNESCO-IOC, yaitu:
1. Peta rawan bahaya tsunami
2. Data jumlah orang di area rawan tsunami
3. Papan info gempa dan tsunami untuk publik
4. Data inventarisasi sumberdaya ekonomi, infrastruktur, politik dan sosial
5. Peta evakuasi tsunami
6. Materi edukasi dan kesiapan gempa dan tsunami untuk publik
7. Agenda/jadwal rutin edukasi gempa dan tsunami untuk publik
8. Agenda/jadwal rutin latihan evakuasi
9. Rencana Operasi Darurat Tsunami
10. Manajemen Rencana Kedaruratan
11. Alat penerima info gempa dan peringatan awal tsunami (24/7 BMKG)
12. Alat penyebarluasan info gempa dan peringatan awal tsunami (24/7 BMKG atau BNPB/BPBD)